Posted by : Mauas Film Saturday, January 31, 2015



Sebelumya Di Chapter 2 : Death Note Chapter 2

Di dunia manusia, Raito sedang termenung di kamarnya. Dari ranjang, Ryuuk mengamati. "Kelihatannya kau lelah, Raito." ucap Ryuuk.

"Aku sedang beristirahat." ucap Raito, "Aku ingin melihat apa yang polisi lakukan. Dan kurasa, aku memang agak kelelahan. Belakangan ini, pembicaraan orang-orang selalu fokus pada L dan Kira. Kalau saja aku bukan Kira, mungkin aku juga akan menikmatinya."

Raito melihat berita di majalah, "Detektif Interpol, L vs Kira, pembunuh psychic. Semuanya majalah memberitakan hal yang sama. Beritanya juga sama di TV, Radio, Kira pasti lelah dengan semua ini. Terkadang, aku juga butuh istirahat dan bersantai." ucap Raito.

"Bersantai saat ada seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mengerahkan seluruh polisi dunia untuk memburumu, kau pasti sangat percaya diri." ucap Ryuuk.

"Percaya diri? Ya." Raito bangun mengambil buku Death Notenya, "Saat pertama aku menemukan buku ini, alasan kenapa aku begitu yakin bisa mengendalikan dunia yang penuh penjahat ini adalah karena aku percaya kalau aku bisa melawan meskipun hukum menentangku." ucapnya.

"Percaya diri ya ..."

Tok Tok!! seseorang mengetuk pintu kamar Raito. Orang itu mencoba untuk membuka, namun pintunya terkunci. "Kakak, kenapa kau mengunci pintunya?" terdengar suara perempuan.

"Oh, Sayu, ada apa?" Raito gelagapan. "Bantu aku membuat tugas." ucap Sayu, adik Raito. "Ah, baik tunggu sebentar ya." Raito memasukkan Death Note ke laci sebelum membuka pintu.

"Tolong bantu tugas fungsi kuadrat." pinta Sayu.
"Ah, baik, baik." ucap Raito.

"Berhati-hatilah, Raito." ucap Ryuuk. Dan bagaimanapun, hanya Raito yang bisa melihat dan mendengar suaranya. "Kalau orang lain sampai menyentuh Death Notenya, mereka juga akan bisa melihatku."

Raito kaget, namun sebisa mungkin ia bersikap tenang. Ia tak mau adiknya curiga, sementara dalam hati, ia mengumpat, "Shinigami sialan, kenapa kau tidak memberitahu hal sepenting itu lebih awal?"

"Aha!! Tadi kakak membaca majalah kotor ini, ya?" Sayu melihat majalah yang tergeletak di lantai, "Jadi karena itu kakak mengunci kamarnya, kakak pasti melihat gambar-gambar jorok."

"Hei hei, aku hanya membaca artikel mengenai L dan Kira." ucap Raito.
"Ah, benar juga, suatu hari nanti kakak akan menjadi seorang detektif, kan? Jadi kakak harus mempelajari hal-hal seperti ini mulai dari sekarang." ucap Sayu.

"Yah, suatu hari nanti aku akan menjadi ketua agen polisi nasional, lihat saja."
"Ya, kalau orang lain bisa, kakak juga pasti bisa."

"Jadi dari sini asal rasa percaya dirinya?" pikir Ryuuk, "Tapi, berapa lama ia akan mampu bertahan? Apa yang ada di dalam pikirannya?"

Di tempat L, ia sedang berdiri sambil memikirkan kasus Kira. "Kenapa Kira tak bisa membunuhku? Apa dia tak bisa melakukannya karena aku bukanlah penjahat? Tidak, jelas-jelas ia ingin membunuhku. Jadi, apa itu karena dia tidak melihatku?"

"L!" Watari menghubunginya melalui laptop. "Ada apa, Watari?"

"Laporan investigasinya akan segera dimulai."
"Bagus, sambungkan aku ke sana." ucap L.

Di markas polisi, rapat mengenai laporan investigasi Kira akan segera diumumkan. "Langsung saja ke laporan tentang korban." pinta ketua polisi. "Baik. Informasi dari seluruh korban yang mati di Jepang karena serangan jantung telah berhasil dikumpulkan. Dan seperti permintaan L, kami telah menganalisa waktu kematiannya. Senin sampai jumat, kematian terjadi antara jam empat sore dan dua dini hari, waktu jepang. Pada hari libur, antara jam sebelas siang sampai tengah malam."

"Hmmm, selanjutnya, bagaimana dengan reaksi masyarakat umum?"

"Sampai saat ini, kami telah menerima 3029 panggilan telepon dari masyarakat umum. Sebagian besar dari mereka menanyakan apakah siaran TV waktu ini nyata? apakah L nyata? dan sebagainya. Kami juga menerima empat belas pesan yang mengatakan kalau mereka tahu Kira. Tapi setelah dilacak, sepertinya laporan mereka diragukan. Juga ada dua puluh satu panggilan yang mengaku kalau mereka adalah Kira. Untuk jaga-jaga, kami juga telah melacak mereka. Namun, hasilnya tetap diragukan."

"Baik, jadi begitu ya." ucap ketua polisi, "Apa ada orang lain yang mau menambahkan?"

"Ada." salah seorang polisi berdiri dan angkat tangan. "Ah, silakan, Matsuda." ketua polisi mempersilakan. Kemudian, lelaki bernama Matsuda itupun memberikan laporan, "Aku tidak bermaksud untuk memuji Kira. Tapi, beberapa hari belakangan ini, tindak kejahatan di dunia, terutama di Jepang menurun secara drastis."

"Huh, kami sudah tahu hal seperti ini pasti akan terjadi. Baik, ada yang lain?"

Semuanya diam, tak ada yang perlu ditambahkan lagi.

"Baik L, itu saja yang bisa kami sampaikan." ucap ketua polisi pada Watari, yang membawa laptop dimana L terhubung ke sana. "Terimakasih, kupikir kita sudah semakin dekat dengan pelakunya." ucap L lewat laptopnya.

"Sebelum pertemuan ini ditutup, aku masih memiliki satu permintaan lagi. Ini untuk unit victim, unit media, dan internet, aku ingin kalian dengan teliti memeriksa bagaimana cara media Jepang menyiarkan informasi dari para korban ini. Aku ingin tahu apakah wajah korban sempat disiarkan sebelumnya. Terimakasih atas kerja samanya." pinta L dan kemudian laptop ditutup.

"Untuk ini, shift malam harap menuju tim dua. Semua yang tidak berkepentingan, kalian boleh melanjutkan investigasi atau pulang ke rumah. Baik, itu saja, pertemuan kali ini kita sudahi sampai sini." ucap ketua, dan pertemuanpun berakhir. Mereka bubar.

"Hoaaahmm!!" setelah bekerja seharian, pak ketua meregangkan ototnya dan bersiap untuk pulang. "Mau pulang, pak ketua?" Matsuda menghampirinya. "Oh, yah, aku bekerja terlalu keras dari kemarin malam, sepertinya aku harus cepat pulang."

"Oh, begitu ya, kalau begitu sampai jumpa."
"Hmm? Matsuda, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
"Ah, itu, masalah laporan yang tadi aku sampaikan, apa menurutmu tadi aku lebih baik tidak mengatakannya saja?"

"Jangan aneh-aneh, bagaimanapun fakta haruslah disampaikan. Itu mungkin akan menjadi masalah kalau kalau bilang semacam, Kira harus diberi hadiah karena tindak kriminal menurun." ucap ketua.

"A-ah, aku tak mengatakan itu ... hadiah untuk seorang pembunuh?" meski telah menurunkan angka tindak kejahatan, Matsuda tetap tidak setuju dengan tindakan Kira.

Di kamarnya, Raito masih membantu sang adik membuat tugas. "Wah, kakak memang benar-benar pintar." ucap Sayu. "Jadi, apa sekarang kau sudah mengerti?"
"Umm, sepertinya begitu."

Ding Dong ...
Bel rumah berbunyi.

"Sebentar ..." ibu Raito membukakan pintu.

"Ah, kelihatannya ayah sudah pulang." ucap Sayu dan kemudian keluar untuk menyambut ayahnya. "Hei hei, setidaknya soal yang terakhir kau kerjakan sediri, ya?"

"Aku akan mengerjakannya sehabis makan malam." ucap Sayu.

"Raito, Sayo, ayo makan malam!"
"Aku ke sana, selamat datang, ayah."

Sementara Sayu pergi ke meja makan, Raito menuju pintu untuk menyambut ayahnya. "Jadi kau sudah pulang, ayah?"

"Ya, aku sudah pulang." ucap ayah Raito, yang ternyata tak lain adalah kepala polisi. Ya, kepala polisi itu tak lain adalah ayah Raito, Soichiro Yagami.

Setelahnya, mereka melaksanakan makan malam. Dan layaknya keluarga pada umumnya, semua berjalan seperti biasa. "Raito, bagaimana sekolahmu?" ayah Raito bertanya. Kemudian Raito menjawab, "Yah, seperti biasa ..."

"Seperti biasa kakak tetap menjadi yang terbaik di sekolahnya." ucap Sayu.

"Kau sendiri bagaimana, Sayu?"
"Ah, a-aku? Um, ku rasa aku juga sama seperti biasanya ..."
"Begitu ya." ucap ayah Raito. Dan setelahnya, makan malam berlangsung seperti biasa.

"Ayah, kelihatannya kau lelah?"
"Yah, ayah sedang bekerja dalam kasus yang benar-benar sulit, ini seperti menangkap hantu." ucapnya. "Hari ini, boss besar menganalisa waktu kematian target, dan kemungkinan pelakunya adalah murid."

"Ayolah, jangan membicarakan masalah pekerjaan saat makan malam." ucap ibu Raito.
"Siapa tahu Raito bisa membantu memecahkan kasusnya seperti kasus sebelumnya?"

"Ketua detektif polisi adalah ayahnya, jadi itu kenapa Raito begitu percaya diri." pikir Ryuuk.

"Terimakasih atas makanannya, bu." Raito sudah selesai makan.
"Waah, cepat sekali." ucap Sayu.

"Sayu, tugasmu sudah tak perlu bantuan kakak lagi, kan?"
"Ya, terimakasih ya bantuannya tadi."

"Kamu masih suka minta bantuan pada kakakmu ya, Sayu?"
"Aah, itu, kenapa kakak bilang-bilang sih!?"

Raito tersenyum. "Ah, aku akan membersihkan kamarku, jadi jangan masuk, ya." ucap Raito dan kemudian masuk ke kamarnya. "Tumben sekali kau melakukan hal seperti itu?"

"Yah, kelihatannya kakak sudah mulai tumbuh." ucap Sayu.

Cklek. Raito mengunci pintu kamarnya. "Yah, yah, tak hanya tahu kalau kau berada di Kanto, tapi dia juga tahu kalau kau adalah seorang murid, L memang hebat." ucap Ryuuk.

"Lalu kenapa? Aku akan membawa aksi Death Note menuju level yang lebih tinggi." ucap Raito. "Lihat, Ryuuk, salah satu peraturannya mengatakan kalau kau menulis penyebab kematiannya dalam empat puluh detik setelah namanya ditulis, maka ia akan mati karena akibat tersebut. Kalau penyebab kematiannya tidak ditulis, maka ia hanya akan mati karena serangan jantung. Saat kau mulai menulis penyababnya, kau akan punya enam menit dan empat puluh menit lebih lama untuk selesai mendeskripsikannya. Itu berarti, kalau aku menulis serangan jantung sebagai penyebab kematian, aku bisa menambahkan detailnya. Aku mungkin akan bisa menghiburmu sedikit lebih lama lagi." Kira memulai rencananya.

Tiga hari kemudian, di markas kepolisian, "Apa!!? Dua puluh tiga kasus lainnya terjadi kemarin!?"

"Y-ya, pak!"
"Kapan ini akan berakhir?"

"Hal yang sama terus saja terjadi."
"Kali ini, korbannya mati tiap satu jam sekali. Sepertinya teori mengenai murid itu salah."
"Tunggu, mungkin saja dia bolos, kan?"

"Bukan seperti itu." ucap L lewat alat komunikasi. "Bukan itu yang ingin Kira lakukan. Saat ini, ia sedang memberitahu kita kalau, ia bisa membunuh kapanpun ia mau." jelasnya.

"Dan, dia ingin memberitahu kalau ia tahu informasi yang kami milikki? Dia ingin menantangku secara langsung." pikir L.

Setelah pulang sekolah, Raito mampir dulu ke sebuah gedung kosong. "Ooh, jadi itu apa yang ingin kau lakukan, Raito." ucap Ryuuk.

"Yah, dan kurasa L pasti sedang kebingungan sekarang." Raito masuk ke dalam bangunan kosong itu. "Dan demi rencana ini, aku telah menyiapkan lima puluh target lainnya." ucapnya.

"Hmm?"

"Tapi, masih ada sedikit masalah yang harus kuatasi."
"Masalah?"

"Kau akan mampu dilihat oleh orang yang menyentuh buku ini, kan? Setelah mendengar hal itu, aku jadi tak pernah meninggalkan buku ini dari pengawasanku." Raito membawa Death Notenya kemana-mana. "Tapi, membawanya kemana-mana malah membuat ini semakin berbahaya. Sampai saat itu, aku mengira kalau keluargaku melihat buku ini, aku bisa berpura-pura mengatakannya sebagai catatan untuk belajar menjadi detektif. Kalau aku tidak berhati-hati, bisa-bisa Kira membunuh keluarganya sendiri." ucap Raito.

----To Be Continued----

Lanjut Baca Ke Chapter 4 : Death Note Chapter 4

Leave a Reply

Peraturan di sini:
1.Tidak boleh menyinggung orang lain;
2.Tidak boleh berkata kasar di komentar;
3.Tidak boleh berkata porno di kolom komentar;
4.Berkomentar yang sopan;
5.Tidak boleh menghina postingan di blogg ini.
Jika anda melarang salah satu peraturan di atas komentar anda akan saya hapus, Understood?

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Fushogame - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -